Sabtu, 28 Februari 2015

Unsur Intrinsik Novel Angkatan 20-30 an



1.      Judul : Siti Nurbaya (Marah Rusli)
2.      Tema : Kisah cinta yang abadi
3.      Pelaku : · Siti Nurbaya
· Samsul Bahri
· Baginda Sulaiman
· Sultan Mahmud
· Datuk Maringgih
4.      Karakter : · Siti Nurbaya : baik, rela berkorban
     ·  Samsul Bahri : baik, bijak, rela berkorban
     · Baginda Sulaiman : kurang bijak, pasrah
     · Sultan Mahmud : tidak bijak, kurang berpikir panjang
     · Datuk Maringgih : serakah, jahat, culas, biang masalah
5.      Setting : · Tempat : di Kota Padang dan di Jakarta (tempat sekolah Samsul Bahri)
· Waktu : pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru-hara juga saat
   dimana moral masih bobrok.
6.      Alur : · Mulai melukiskan keadaan (saat ayah Siti Nurbaya sukses dan Ibunya sudah
meninggal saat Siti Nurbaya masih kecil, maka bisa dikatakan itulah titik awal     penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah pedagang di Kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan pinjaman dari Datuk Maringgih)
· Peristiwa mulai bergerak (Datuk Maringgih mulai culas, pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat keuntungan besar. Hal itu tidak dikehendaki oleh Datuk Maringgih. Maka ia menyuruh anak buahnya untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak mampu membayar hutangnya kepada Datuk Maringgih. Pada kesempatan ini Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman agar segera membayar hutangnya. Hutang itu akan dianggap lunas apabila Baginda Sulaiman menyerahkan Siti Nurbaya kepada Datuk Maringgih)
· Keadaan mulai memuncak (Samsul Bahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang sudah tua. Lebih sedih lagi ketika ia mengingat Samsul Bahri, kekasihnya yang sedang sekolah di Jakarta. Namun demi kebahagiaan ayahnya ia mau mengorbankan dirinya. Samsul Bahri menerima surat dari Siti Nurbaya yang menceritakan nasib yang dialami keluarganya)
· Mencapai titik puncak/klimaks (di Kota padang sering terjadi huru-hara dan kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih. Samsul Bahri yang sudah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang Samsul Bahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsul Bahri dengan parangnya)
· Pemecahan masalah (Samsul Bahri segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahnya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut nyawanya sebelum ia bertemu ayahnya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya)
7.      Sudut pandang : sudut pandang orang ke-3
8.      Ciri-ciri/kebiasaan : · Menggunakan bahasa Melayu
         · Menggunakan adat istiadat lama

 

                                  

0 komentar:

Posting Komentar

 

Everything At Once | Designed by www.rindastemplates.com | Layout by Digi Scrap Kits | Author by Your Name :)